Minggu, 31 Januari 2010

Lelaki Sejati

Kisah ini terjadi pada masa Khalifah Umar BIn Khattab ra. Ada seorang pemuda kaya, handak pergi ke Makkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Dia mempersiapkan segala perbelakannya, termasuk unta yang akan digunakan sebagai kendaraannya. Setalah semua dirasanya siap, dia pun memulai perjalannya. Di tengah perjalanannya, dia menemukan sebauh tempat yang ditumbuhi rumput hujau nan segar. Dia berhenti di temapt itu untuk beristirahat sejenak. Pemuda itu duduk di bawah pohon. Akhirnya, dia terlalap dalam tidurnya yang nyenyak.
Saat di tertidur, tali untanya lepas, sehingga unta itu pergi ke sana ke mari. Akhirnya, unta itu masuk ke kebun yang ada di dekat situ. unta itu memakan tanam-tanaman dan buah-buahan di dalm kebun. Dia juga merusak segala yang dilewatiya. Penjaga kebun itu adalag seorang kakek yang sudah tua. sang kakek berusaha mengusir unta itu. Namun, tidak bisa. Kerena khawatir unta itu akan merusak seluruh kebunnya, lalu sang kakek membunuhnya. Ketika bangun, pemuda itu mencari untanya. Ternyata, dia menemukan unta itu telah tergeletak mati dengan leher yang menganga di dalam kebun. pada saat itu, seorang kakek datang. Pembuda itu bertanya,"Siapa ynag membunuh unta ini?". Kakek itu menceritakan apa yang telah dilakukan oleh unta itu. karena khawatir akan merusak seluruh isi kebun, terpaksa ia membunuhnya.
Mendengar hal itu, sang pemusa serta-merta marah dan memuluki sang kakek hingga meninggal seketika. Sang pemuda menyesal atas apa yang ia alkukan.Dia berniat untuk kabur.
Saat itu, datanglah du oranng anak sang kakek tadi. mengetahui ayahnya tergeletak tak benyawa dan disebelahnya berdiri pemuda itu, mereka lalu menangkapnya.Kemduian, membawanya untuk mengahadap Amirul Mukminin; Khalifah Umar bin Khattab ra. Mereka berdua menuntut dilaksanakan qishash (hukuman bagi orang yang membunuh) kepada pemuda yang tealah membunuh ayahnya.
Lalu, Umar bertanya kepada pemuda itu. Pemuda itu mengakui dan menyesali apa yang telah dilakukannya. Umar berkata,"Aku tidak punya pilihan lain kecualia melaksanakan hukum Allah." Seketika itu, sang pemuda meminta kepada Umar, agar dia diberi waktu dua hari untuk pergi ke kampungnya, sehungga dia bisa membayar hutang-hutangnya.
Umar bin Khattab berkata, "Hadirkan padaku orang yang menjamin, bahwa akan kembali lagi ke sini. Jika kau tidak kembali, orang itu akan diqishas sebagai ganti dirimu. Pemuda itu menjawab,"A orang asing di negeri ini, Amirul Mukminin, aku tidak bisa mendatngkan seorang penjamin."
Sahabat Abu Dzar ra yang saat itu hadir di situ berkata, "Hai Amirul Mukminin, ini kepalaku, aku berikan kepadamu jika pemuda ini tidak datang lagi setelah dua hari."
Dengan terkejut, Umar bin Khattab berkata, "Apakah kau yang menjdai penjamin, wahai Abu DZar....wahai sahabat Rasulullah?"
"Benar, Amirul Mukminin, "jawab Abu Dzar lantang.
Pada hari yang telah ditetapkan untuk pelksanaan hukumna qishas, orang-orang menantikan datnagnya pemuda itu. sangat mengejutkan! Dari jauh sekonyong-koying mereka melihat pemuda itu datang dengan memacu kudanya.Samapai akhirnya, dia samapai di tempat pelaksaaan hukuman. Orang-orang memandangnya dengan rasa takjub.
Umar bertanya kepad pemuda itu, "Mengapa kau kembali lagi ke sisn padahal kau b isa melarikan dari hukuman ini?"
Pemuda itu menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, aku datang ke sini agar jangan sampai orang-orang berkataa, 'tidak ada lagi orang yang menepati janji di kalangan umat Islam',dan agar orang-orang tidak mengatakan 'tidak ada lagi lelaki sejati, kesatria yang berani mempertanggungjawabkan perbuatannya di kalangan umat Muhammad SAW."
Lalu, Umar melangkah ke arah Abu Dzar Al-Ghiffari dan berkata, "Dan kau wahai Abu Dzar, bagaimana kau bisa mantap menjamin pemuda ini, padahal kau todak kemnal dengan pemuda ini?"
Abu Dzar menjawab, "Aku lakukan itu agar orang-orang tidak mengatakan bahwa 'tidak ada lagi lelaki jantan yang bersedia berkorban untuk saudara nya seiman dalam umat Muhammad SAW."
Mendengar itu semua, dua orang lekaki anak kakek yang terbunuh itu berkata, "Sekarang tiba giliran kami, Wahai Amirul Mukminin, kami bersaksi di ahdapanmu bahwa pemuda ini telah kami maafkan, dan kami tidak mau meminta apa pun darinya! tidak ada yang lebih utama dari memberi maaf di kal mampu. ini kami lakukan agar orang tidak mengatakan bahwa tidak ada lagi orang berjiwa besar, yang mau memaafkan saudaranya di kalangan umat Muhammad SAW."